Minggu, 29 November 2015

Lets do it

Some people come to me dan bertanya apa yang mereka tidak tahu, clearly something, diksusi, belajar, mengajarkan ataupun ngobrol. Dengan senang hati saya terima dan berikan feedback yang baik.

Some people come to me untuk mempertanyakan apa yang harus dikerjakan, mempertanyakan kenapa dia yang harus mengerjakan, mengeluh karena kenapa dia yang harus bekerja, semua pekerjaan diawali dengan mempertanyakan. Hey people, lets do it. You do it now!

Senin, 23 November 2015

Persepsi



Jadi kemarin saya baru nonton Begin Again nya Keira Kightley dan Mark Ruffalo. Saya suka film-film musical comedy drama gitu semacam music & Lyric atau musical drama seperti once, etc. Sebelumnya gak tau sih dengan film ini, maklum sekarang sudah tidak kekinian. Sampai kemarin dengerin Lost Star versi cewek dan saya penasaran karena gak kenal suaranya dan akhirnya berujung googling dan nonton film itu.

Surprise banget kalau itu yang nyanyi Keira Knightley dan ternyata itu memang first singing role buat dia. Saya langsung ingat teman saya yang Keira-geeks superb. Dulu saya suka merasa si temen ini hobi banget niru dandanannya bahkan gerak gerik dan ekspresi mukanya Keira. Apalagi doi badannya ala ala Keira gitu, kurus kebangetan, rambutnya sering dikuncir dan giginya gingsul XD. Namanya Gid. Kami sudah cukup lama berteman, bertemu di masa-masa hidup yang penuh drama dan sampai sekarang masih sering kontak walaupun isinya randomly chat saja.

Kemarin setelah bahas film ini scene per scene dengan penuh histeria dan jerit-jerit di whatsapp, saya mulai membuka diskusi dengan Gid tentang konsep “Begin Again”. Yang belum nonton jangan baca, karena saya akan spoiler ending filmnya XD.

Irn : Tapi ya, konsep begin again itu gak masuk sih di gw. Kalau udah ya udah aja.
Gid : Ini ngebahas si Dan (Mark Ruffalo) itu kan?
Irna : Si Keira ama Levine kan balikan lagi Gid
Gid : Kayaknya nggak deh, soalnya kan Keira pergi sebelum lagunya selesai
Irn : Tapi kan dia senang si Levine udah nyanyiin sesuai yang dia pengen
Gid : Nggak ah, soalnya Keira juga gak mau stay

Jrengg..  Yang asalnya mau bahas konsep Begin Again pada hubungan cinta jadi ngebahas lagi ending film yang ternyata kita berdua beda persepsi. Hwahaha..

Saya jadi kepikiran, kok bisa ya beda persepsi. Sejauh ini saya ama Gid jarang banget beda persepsi, biasanya se-iya se-kata.tsahhh

Esok harinya,
Gid : Tapi lo liat deh ekspresi mukanya levine pas keluar konser, kayak agak kaget seinget gw mah, jadi sih gw rasa mereka masing-masing. #tetepdibahas
Irn : Hmmmm.. Aduh gw gak inget, asa gak ada ekspresi

Karena penasaran, saya nonton ulang kembali scene terakhir di film itu. O iya, mukanya Keira kecewa gitu.. doi kayaknya ngerasa Lost Cause aja. Trus saya jadi merhatiin muka Levine, oh iya dia kaget dan kecewa si Keira gak ada. Oh iya kayaknya mereka gak balikan lagi. OMG, kenapa saya luput ya ekspresi itu?

Saya coba pikir ulang, kenapa ada perbedaan persepsi? Apa karena perbedaan kode yang ditangkap sama saya dan Gid.
Saya coba list activity apa yang dilakukan kami ketika nonton scene terakhir itu :
Irn
Gid
Ter-Distract sama nyanyian Levine (Karena saya The Voice-geeks)
Memperhatikan ekspresi Keira (Karena dia Keira-geeks)
Ikut terbawa arus penonton konser dan sing a song
Ikut terbawa sama perasaan kecewa Keira
Berpikir Keira pergi naik sepeda cari Mark Rufallo mau cerita bahwa dia habis dari konser Levine
Melihat Keira pergi naik sepeda dan merasa sudah tidak ada alasan lagi untuk stay dan kembali dengan Levine
Ekspresi Levine di akhir konser adalah ekspresi terhadap emosi lagunya
Ekspresi Levine sedih karena Keira tidak mau stay dan kecewa
*List aslinya saya tulis di tisu pada saat makan siang tadi (efek drama)

Persepsi oh persepsi. Saya jadi ingat dulu pernah baca tentang bahwa persepsi itu ditentukan objek. Kerennya objek yang kita fokuskan ini akan menimbulkan stimulus, stimulus itu yang kita tangkap dan jadi bahan yang akan kita simpulkan menjadi persepsi. Tahap akhirnya sih akan mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap. Lebih jelasnya bisa googling ya :D. Nah, bagaimana saya dan Gid bisa sama persepsinya kalau objeknya saja sudah beda. Haha..

Dan Hey, ini saya baru bicara mengenai persepsi saya dan teman saya terhadap suatu film. Gimana di kehidupan sehari-hari ya. Kebayang gak sih sekarang kita sering beda persepsi sama orang gara-gara apa? Ngeri gak sih kalau perilaku dan sikap kita itu ditentukan karena persepsi? Kalau persepsinya salah gimana? 

Sekarang terjawab sudah kenapa kadang-kadang saya suka beda persepsi sama temen kantor saya. Oh karena objeknya beda, fokusnya beda dan kita tidak melakukan komunikasi yang baik akan hal itu. Kenapa saya sama suami saya sudah jarang beda persepsi? Oh karena kami tahu harus sama-sama fokus ke mana, kami selalu berkomunikasi dengan baik dari a to z. 

Jadi boleh gak sih kalau saya katakan bahwa kegiatan menyamakan persepsi itu akan mudah sebenarnya kalau komunikasi baik, masing-masing tau fokus dan tujuannya, mau mendengar atau bahkan menunda penarikan kesimpulan dulu sebelum point 1 dan 2 dilakukan dan yang terakhir, jangan lupa untuk melakukan upgrade pengetahuan kita J (yang ini penting banget). Btw, ini boleh didebat kok, karena ini murni buah pemikiran sotoy saya aja bukan karena saya ngerti banget tentang persepsi. Ini aja nulis persepsi karena abis beda persepsi. Heheheh..

Atau kalau gak mau ribet begitu ada cara lain untuk meminimalisir terjadinya salah persepsi. Yaitu, jadikanlah semua orang menjadi pasangan. hahaha *selfkeplak*

Yah intinya, silakan nonton Begin Again dan fokuslah pada filmnya bukan Keira atau Levine nya :D

-Irna-

Kamis, 19 November 2015

Saya Masih Menonton Televisi




Topik tentang televisi dan acara televisi sangat hangat ya sekarang ini. Rasa-rasanya hampir semua teman dekat saya  menjadi generasi yang tidak punya TV. Banyak sekali tulisan tentang “kenapa sih tidak perlu televisi?”, “untungnya hidup tanpa TV”, dll. Menarik sih buat saya dan sangat masuk akal kenapa kita tidak perlu TV. Tapi Hey, ternyata saya masih baru menonton TV XD.

Padahal ya saya sama sekali tidak punya kebiasaan menonton TV. Semasa kecil, rumah kami di area perkebunan dimana listrik masih diatur penggunaannya oleh Perusahaan, Stasiun televisi yang ada hanya satu atau dua saja dan lagian disana lebih seru main di luar. Jadi saya benar-benar tidak tertarik nonton TV. Ketika SMA, saya pindah ke Bandung. Kami tidak punya TV. Begitupun ketika saya kost di Jatinangor, tidak pernah terpikir untuk beli TV :D. Jadi, setelah belasan tahun saya baru punya TV lagi sekarang? Setelah di Jakarta? IYA! Hahahaha

Buat saya sih TV itu media saja. Balik lagi ke kebutuhan sih.

Dulu waktu masih kuliah, saya menggunakan media seperti internet, radio, majalah ataupun ngobrol dengan teman. Hal itu paling efektif buat saya untuk mengakomodir rasa ingin kekinian saya. Ketika masih menjadi mahasiswi, karena Sumber Daya yang saya miliki saat itu adalah waktu, saya punya waktu sangat banyak untuk browsing, ngobrol dengan teman, baca majalah, dengerin radio,  sehingga saya sudah bisa memilih apa yang harus saya konsumsi. Misal nih, setelah saya browsing dan ngobrol dengan teman ternyata saat ini yang lagi happening dan layak disimak adalah reality show Masterchef USA, ya saya secara langsung segera mencari, download dan nonton. Sesimple itu. Rasanya nonton TV itu menjadi tidak kekinian. Semua yang ada di TV terlihat basi dibanding media yang lain. Even itu TV Kabel.

Nah, Kenapa saya sekarang menonton TV?

Karena media ini lah yang paling efektif buat saya sekarang. Semenjak kerja, waktu saya terbatas. Saya tidak kerja di perusahaan media sehingga tidak ada keleluasaan dalam melakukan pencarian info hiburan :p. Sudah jarang berinteraksi juga dengan teman demi mendapatkan “racun” yang baik. Nah TV mampu menjadi media hiburan saya ketika kondisi sumber daya waktunya tidak sebanyak seperti di masa kuliah. Apalagi TV Kabel yang saya konsumsi menyediakan layanan “bisa nonton acara sampai 7 hari yang lalu”. (Eh ini TV kabelnya kalau mau endorse saya, saya mau banget lhooo. Hwakakakkak). Jadi sesimple ini sih, saya pulang telat ke rumah pun gak takut ketinggalan acara, karena masih bisa nonton ulang. Trus saya bisa coba-coba nonton acara atau film, kalau gak suka ya tinggal stop trus cari acara lain. Hehe

Ketika saya berbicara tentang hal ini, seorang teman dekat bertanya “bagaimana quality time kamu sama suami kamu? Gak terganggu kah dengan TV?”. Ah kalau itu sih panjang ceritanya. Bisa jadi 1 tulisan lagi XD.

-Irna-

Minggu, 15 November 2015

Sosial Media


Berawal dari kejadian hari ini mengenai sosmed. Saya tergugah betapa banyaknya orang-orang yang menganggap penting dengan apa-apa yang diutarakan oleh orang lain di sosmed. Sekali lagi di Sosmed. Alkisah, Sekelompok orang merasa tersinggung dengan sekelompok orang lainnya yang mengutarakan sesuatu di sosmednya (nah lho, pusing gak bacanya :p). Saya mendengar cerita tersebut baik-baik dan berusaha mencerna apa yang terjadi dengan kelompok A yang sedemikian pedulinya dengan sosmed dan apa yang dipikiran kelompok B yang sedemikian isengnya. Saya tidak memberi komentar apapun, namun cukup jadi insight bagi saya kejadian ini.  


Hasilnya adalah saya jadi bolak balik melihat sosmed saya di masa lampau. Scroll FB, Scroll Twitter dll dan cukup membuat  tertawa, betapa reaktif sekali saya saat itu. Ada kejadian apa distatusin, dijadiin tulisan. Ada yang traktir buru-buru bikin status trus mention orangnya. How I Met Your Mother akan keluar season baru buru-buru distatusin dan tag orang-orang yang suka juga, di reply banyak orang dan jadi obrolan panjang serasa menjadi makhluk paling popular XD. 

Dan itu tidak terjadi saat ini, saya masih aktif di sosmed, tapi cuma sebagai silent reader aja. Scroll, baca, dan sekedar menikmati. Kalaupun mau komen dan bahas paling saya bahas dengan Suami, itu pun bukan di sosmed.. Ah betapa manusia itu cepat berubah, even itu di dunia maya. XD


Kayaknya udah lama banget saya jadi pengguna sosmed. Tidak bisa dipungkiri kalau sosmed sangat berpengaruh di kehidupan saya. Dari mulai kepo sampai dapat ilmu baru. Fungsi sosmed ini berganti seiring dengan berubahnya lingkungan saya, status dan bahkan hobi


Ketika kuliah, gak mau dong dibilang ketinggalan, segala macam sosmed dicoba. 1 kejadian bisa di update di semua sosmed. Popularitas di FB diukur dari semakin banyak Tag Photo of You dan seringnya upload foto via ponsel. Folder mobile upload seolah menunjukan bahwa ponselnya blackberry etc. XD. Kemanapun pergi check in forsquare dan update juga di twitter, tidak lupa temen perginya di mention, kalau reply via Retweet biar orang ngeliat chit chat saya dengan teman-teman saya. Oh How long.. Its super Ridiculous! XD


Fungsi sosmed berubah ketika saya kerja, bertambah usia, punya hobi baru dan teman yang dekat sudah berpencar dengan kehidupan barunya juga. 70% sosmed digunakan untuk mencari berita biar tetap kekinian dan 20% jadi ajang reuni dengan teman dan sisanya untuk belanja dan jualan online. Cari inspirasi, cari hobi baru. Saya ikut kelas self healing karena banyak belajar di sosmed. Ketemu guru Yoga saya yang sekarang karena sosmed. Gaya hidup sekarang, kemampuan masak, pilihan buku, film, musik, restoran, destinasi liburan semua tidak lepas dari sosmed, seolah-olah sosmed ini jadi penasihat saya.. Ingin makan serabi oncom, cek di sosmed. Mau beli buku baru, cek sosmed. Yang menarik, setelah kerja interaksi dengan teman-teman di sosmed sudah sedemikian jarangnya, sehingga ketika kami bertemu, tidak cukup untuk slumber party semalam doang. Terlalu banyak cerita yang harus di update tak henti-henti XD. 



Saat ini jenis sosmed semakin banyak, namun saya memilih yang bisa mengakomodir kebutuhan saya saat ini saja. Kalau kebutuhannya masih seperti saat kuliah dulu, tidak akan tanggung-tanggung saya instal Path, periscope dll and make circle. Tapi dipikir-pikir kebutuhan saya sudah tidak disana. Rasanya sudah kenyang di masa muda seperti itu Iya saya sudah tua Make a peer and got popularity.


Lain lagi dengan suami saya. Lingkungannya saat ini ya 80% Sosmed. Hwahaha.. Dia penganut Working from home. Semuanya virtual. Virtual friends, virtual emotion tapi untungnya gak virtual money ya Beb (Eh entah ya, jangan-jangan virtual money juga XD).


But anyway sosmed itu ranah pribadi sih buat saya dan ya mungkin seharusnya seperti itu buat semua orang. Rata-rata orang menggunakan untuk mengakomodir kebutuhan emosionalnya. Begitupun saya. Namun, bijaklah. Masa sama sosmed aja harus baper?   Update status buat siapa yang emosi siapa yang kesinggung siapa. Mau dibilang generasi baper? :p. Masih banyak kegiatan lain yang perlu diperhatikan lebih dibanding sibuk menebak-nebak status orang itu buat siapa dan tersinggung. Duh rugi amat. Ingin sekali rasanya bilang “primitif banget kalau masih ada yang baper karena sosmed”. Tapi kan, hidup itu pilihan. Tsahhh.. Jadi ya silakan dipilih. But, Look! Ibaratnya orang udah sibuk belajar financial planning, investasi, bikin gojek (popular kan?) dan hal berguna lainnya, lo masih aja berantemin pilihan presiden.  -End-



-Irna-